Laman

Senin, 08 Agustus 2011

mahad aljamiah artikel

Menanamkan Akhlak Mulia


Mendidik anak harus diawali dengan mendidik diri.Prinsip 3A sangat sulit sulit dilakukan anak kalau orangtuanya TENGIL Anak adalah karunia Allah yang "harganya" tidak dapat dinilai dengan uang. Demikian berharganya, orangtua dituntut untuk serius dalam membimbing dan mendidik mereka. Dan, mendidik anak tidak sekadar menjadikan mereka cerdas, kreatif, terampil, atau sehat secara fisik. Yang tak kalah penting adalah bagaimana menjadikan dia manusia berakhlak mulia. Setidaknya ada tiga akhlak mulia yang harus diajarkan pada anak, yang terangkum dalam rumus 3A. Yaitu, Aku Aman Bagimu, Aku Menyenangkan Bagimu, dan Aku Bermanfaat Bagimu. Pertama, Aku Aman Bagimu. Anak harus dilatih agar tidak merugikan orang lain. Sehebat apapun seorang anak, kalau kehadirannya selalu merugikan orang lain, maka kehebatan tersebut tidak ada artinya. Rasulullah Saw bersabda, "Seorang Muslim yang baik adalah yang orang lain aman dari gangguan lisan dan tangannya".

Karena itu, penyakit hati yang terangkum ke dalam kata TENGIL (Takabur, Egois, Norak, Galak, Iri Dengki, Licik), harus benar-benar dijauhi. Kalau anak sudah terkena penyakit TENGIL, maka ia berpotensi menjadi manusia "berbahaya". Untuk menerapkan prinsip Aku Aman Bagimu, orangtua harus memulainya dengan menjadikan dirinya aman bagi anak-anak. Ciri berhasilnya orangtua menerapkan A yang pertama ini adalah saat anak mau curhat. Kalau anak tertutup atau tidak mau curhat, maka ada masalah dengan orangtuanya. Hal ini berpotensi melahirkan komunikasi yang tidak sehat di keluarga.
Setelah itu, pendidikan bisa dilanjutkan ke tahap kedua, yaitu Aku Menyenangkan Bagimu. Anak harus dilatih agar keberadaannya menyebabkan orang-orang di sekitarnya merasa tenang dengan nyaman. Rumus yang bisa diterapkan dengan tahap kedua ini adalah 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Bimbing anak-anak kita menjadi orang yang murah senyum, royal memberi salam, gemar menyapa, sopan dan santun dalam bergaul.
A yang ketiga adalah Aku Bermanfaat Bagimu. Anak harus di arahkan agar di mana ia ada, maka orang-orang di sekitarnya merasakan manfaat keberadaannya. Jadi, anak harus diarahkan agar ia mampu mencurahkan segala potensi yang dimilikinya untuk memberi manfaat bagi orang lain. Usahakan agar anak selalu berpikir bagaimana ia mampu memberi manfaat dan memberi manfaat. Kalau ia pintar, maka ia bisa memintarkan teman-temannya. Kalau ia kaya, maka kekayaannya tersebut bisa menjadi sarana membantu orang yang kesusahan.
Nah, kalau pikiran seseorang sudah diisi dengan keinginan untuk memberi manfaat bagi orang lain, maka ia sudah sukses menapaki tahap ketiga dalam pendidikan. Tidak mudah memang untuk sampai pada tingkatan seperti ini. Setidaknya ada lima tahapan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah senang memperhatikan orang lain. "Ma, kasian ya anak itu...". Bila anak sudah senang memperhatikan orang lain, maka tanda-tanda kesuksesan sudah tampak di depannya. Tahap kedua adalah senang menghargai orang lain.
Sedikit apapun kebaikan yang diberikan orang, si anak harus diajarkan untuk mengucapkan berterima kasih. Tahap ketiga adalah senang memberi, tidak pelit, dan suka berbagi dengan teman-temannya. Tahap keempat adalah senang memberdayakan orang lain. Dan tahap kelima adalah adalah senang menyukseskan orang lain. Ibaratnya, tahap ketiga baru sebatas memberi ikan, tahap keempat (memberdayakan) adalah melatih agar terampil mencari ikan. Dan, pada tahap kelima (menyukseskan) berupaya menjadikan ia pengusaha ikan. Inilah puncak kemandirian.
Namun, saya jarang berpikir tentang kelakukan anak. Yang pertama kali dipikirkan adalah kelakukan ibu bapaknya. Karena itu, mendidik anak harus diawali dengan mendidik diri. Prinsip 3A sangat sulit sulit dilakukan anak kalau orangtuanya TENGIL. Jadi, karunia Allah untuk mendidik anak harus dimulai dengan mendidik diri. Wallaahu a'lam.

mahad aljamiah artikel

Sayangilah Orang Tua

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apeL tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.    "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, "
Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."

Bahagianya Orang Ikhlas


Berpikirlah terus, bagaimana caranya agar amal kita diterima Allah. Tidak usah mengharap balas jasa, pujian, atau keuntungan sesaat.
"Ketahuilah, hari ini adalah hari Allah. Tidak boleh ada kesombongan dan sikap melampaui batas. Ikhlaskan niat kalian untuk berjihad dan carilah ridha Allah dengan amal kalian". Inilah yang disampaikan Khalid bin Walid di hadapan komandan pasukannya menjelang Perang Yarmuk.
Tak lama kemudian, datanglah utusan Khalifah membawa sepucuk surat untuk Khalid bin Walid. "Pedang Allah" ini segera membacanya. Di dalamnya tercantum beberapa hal, termasuk berita wafatnya Khalifah Abu Bakar dan dan beralihnya kendali kekhalifahan ke tangan Umar bin Khathab. Yang terpenting, Khalifah Umar mencopot jabatan panglima perang yang disandang Khalid bin Walid, dan mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai penggantinya.

Gambaran Umum Ma'had Al-Jami'ah IAIN STS Jambi

Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (IAIN STS) Jambi di usianya yang keempat puluh tahun semakin menyadari berbagai dilema yang belum terselesaikan untuk mewujudkan visi dan misinya, yaitu altmencetak para ulama yang intelek dan atau para intelek yang ulama. Kondisi ini meniscayakan untuk mengatur dan menyusun derap langkah ke depan dengan mengadakan berbagai kreasi dan inovasi dalam mengembangkan ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan modern secara terpadu. Hal itu dimungkinkan karena mahasiswa yang di terima di lembaga pendidikan ini, selain tidak memebedakan latar belakang pendidikan juga tidak sektarian di atas aliran, paham, organisasi massa atau keagamaan tertentu.
Share Share

Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi Ma'had

1.Visi
"Terwujudnya sentral pemantapan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia dan amal shaleh, pengembangan ilmu keislaman dan dakwah Islamiyah. Terciptanya pusat informasi pesantren sebagai wadah terbentuknya intelektual muslim yang alim, dinamis, kreatif dan sejahtera."
2.Misi
a.Mengantarkan mahasiswa agar memiliki kemantapan aqidah, ketinggian akhlak mulia, kedalaman spritual, keluasan ilmu dan keterampilan profesional.
b.Memberikan keterampilan berbahasa Arab dan Inggris.
c.Memperdalam qiraat dan memahami makna al- Qur'an dan hadits dengan baik dan benar.
3.Tujuan
a.Terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang memiliki kemantapan iman dan taqwa, keagungan akhlak atau moral, dan kedalaman ilmu pengetahuan Islam.
b.Terwujudnya suasana yang kondusif bagi pengembangan kegiatan keagamaan.
c.Terbentuknya bi'ah lughawiyah dan language environment (lingkungan Bahasa Arab dan Inggris).
d.Terciptanya lingkungan yang kondusif bagi peningkatan minat dan bakat.